Memahami Serangan Jantung : Penyebab, Gejala, dan Pencegahan
Serangan jantung merupakan salah satu kondisi medis serius yang sering kali mendadak dan bisa berakibat fatal jika tidak ditangani dengan cepat. Ini adalah kondisi darurat medis yang memerlukan perhatian segera. Artikel ini akan menjelaskan tentang serangan jantung, termasuk penyebab, gejala, dan langkah-langkah pencegahannya.
Apa Itu Serangan Jantung?
Serangan jantung, atau yang disebut juga infark miokard, terjadi ketika aliran darah ke jantung terganggu secara tiba-tiba. Ini biasanya disebabkan oleh sumbatan pada pembuluh darah yang memasok darah ke otot jantung. Tanpa pasokan darah yang cukup, bagian-bagian dari otot jantung dapat mulai mati.
Salah satu penyakit kardiovaskular yang menyebabkan tingginya tingkat kematian di dunia ialah penyakit jantung koroner. Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), 85% kematian di dunia disebabkan oleh stroke dan serangan jantung yang rentan terjadi pada laki-laki usia > 45 tahun dan wanita > 50 tahun. Penyakit jantung koroner (PJK) sendiri adalah kondisi ketika pembuluh darah jantung (arteri koroner) tersumbat oleh timbunan lemak atau substansi lainnya seperti kalsium dan fibrin yang dikenal pula dengan istilah aterosklerosis. Bila zat-zat tersebut semakin menumpuk, maka arteri akan makin menyempit dan membuat aliran darah ke jantung menjadi terhambat sehingga dapat menyebabkan gangguan irama jantung, gagal jantung, hingga kematian mendadak.
Penyebab Serangan Jantung
Penyebab utama dari serangan jantung adalah penyempitan atau penyumbatan pada arteri koroner, yang merupakan pembuluh darah utama yang memasok darah kaya oksigen ke otot jantung. Penyebab umum termasuk:
- Aterosklerosis: Penumpukan plak lemak dan zat lainnya pada dinding arteri.
- Pembekuan Darah: Terbentuknya bekuan darah yang dapat memblokir aliran darah ke jantung.
- Penyempitan Arteri: Akibat faktor risiko seperti merokok, diabetes, dan tekanan darah tinggi.
Serangan jantung merupakan kondisi serius yang memerlukan perhatian segera. Memahami gejala, faktor risiko, dan langkah-langkah pencegahan dapat membantu mengurangi risiko serangan jantung. Penting untuk menjaga gaya hidup sehat dan mengadopsi kebiasaan yang mendukung kesehatan jantung untuk mengurangi kemungkinan terjadinya serangan jantung di masa depan. Penting untuk diingat bahwa gejala serangan jantung dapat berbeda pada setiap orang, dan beberapa orang mungkin tidak mengalami nyeri dada sama sekali, terutama wanita atau orang dengan diabetes.
Gejala Serangan Jantung
Gejala serangan jantung dapat bervariasi antara individu, tetapi gejala yang umum meliputi :
- Nyeri atau ketidaknyamanan di dada, biasanya terasa seperti tekanan, nyeri, atau sesak.
- Nyeri yang merambat ke lengan, punggung, leher, atau rahang.
- Sesak napas.
- Mual, muntah, atau sakit perut.
- Berkeringat dingin.
Pencegahan Serangan Jantung
Langkah-langkah pencegahan sangat penting untuk mengurangi risiko serangan jantung, termasuk :
- Pola Makan Sehat
Mengonsumsi makanan rendah lemak jenuh, kaya serat, dan buah-buahan serta sayuran. - Berolahraga Teratur
Aktivitas fisik yang teratur dapat membantu menjaga kesehatan jantung. - Berhenti Merokok
Rokok adalah salah satu faktor risiko utama untuk serangan jantung. - Pengelolaan Stres
Mengelola stres secara efektif dapat membantu mengurangi risiko serangan jantung. - Pemeriksaan Rutin
Mengontrol tekanan darah, kolesterol, dan diabetes secara rutin.
Dengan melakukan pertolongan pertama dalam keadaan darurat, Anda berkesempatan mencegah terjadinya kondisi yang lebih serius. Salah satu hal yang perlu di persiapkan dalam pertolongan pertama pada keadaan serangan jantung adalah penggunaan AED (automated external defibrillator). Berikut ini adalah penjelasan singkat terkait dengan AED.
Automated External Defibrillator (AED)
AED (automated external defibrillator) adalah sebuah alat medis yang dapat menganalisis irama jantung secara otomatis dan memberikan kejutan listrik untuk mengembalikan irama jantung jika dibutuhkan. Alat ini berfungsi untuk menolong orang yang mengalami henti jantung.
Sebelum bantuan medis tiba, pemberian bantuan RJP dan penggunaan alat AED pada orang dengan henti jantung dapat menyelamatkan nyawanya. Alat ini biasanya dilengkapi dengan petunjuk visual dan petunjuk suara untuk memandu penolong dalam menyelamatkan penderita. Oleh karena itu, AED dapat digunakan oleh semua orang meskipun tidak memiliki latar belakang medis.
Cara Menggunakan AED dengan Benar
Cara kerja AED yang otomatis dan sederhana diharapkan dapat mempermudah siapa pun di sekitar penderita henti jantung untuk memberikan pertolongan segera, sambil menunggu bantuan medis. Dengan mengetahui cara penggunaan AED di rumah atau pun di tempat umum di mana alat ini tersedia, Anda dapat menyelamatkan nyawa seseorang. Berikut ini adalah panduan cara menggunakan AED yang benar:
- Jika Anda melihat ada orang yang tiba-tiba pingsan atau tidak sadar, segera panggil bantuan medis atau ambulans. Setelah itu, minta seseorang untuk mencari alat AED terdekat.
- Periksa apakah penderita benar-benar tidak sadar. Jika penderita sudah dewasa, coba guncangkan tubuhnya atau panggil dengan suara keras. Namun jika penderita adalah anak kecil, jangan guncangkan tubuhnya, melainkan cukup dicubit saja. Jika penderita sadar atau dapat merespons, jangan gunakan AED.
- Jika penderita tidak sadar, periksa pernapasan dan denyut nadinya. Apabila penderita tak bernapas dan denyut nadinya tidak teraba, atau teraba namun tidak teratur, lakukanlah CPR (cardiopulmonary resuscitation). Kompresi dada dan pemberian napas buatan melalui CPR dapat memberikan oksigen sementara pada penderita sambil menunggu AED.
- Ketika AED tiba, pastikan tubuh penderita dan kondisi di sekitarnya sudah benar-benar kering. Lepaskan pakaian dan benda lain yang menempel pada tubuh penderita, seperti koyo atau kalung.
- Setelah itu, nyalakan alat AED. Alat AED akan memberikan panduan dalam bentuk suara mengenai langkah demi langkah yang harus Anda lakukan.
- Terdapat dua lempeng elektroda AED yang harus ditempelkan ke dada penderita sesuai posisi yang tampak pada gambar di AED. Jika kabel lempeng elektroda ini belum tersambung langsung ke AED, segera sambungkan.
- Setelah elektroda terpasang, hentikan CPR dan tekan tombol ”analisis”. Pastikan tidak ada yang menyentuh tubuh penderita selama AED menganalisis denyut jantungnya. Hal ini untuk mencegah kesalahan analisis AED.
- Setelah analisis selesai, AED akan menginformasikan kepada penolong apakah penderita perlu diberi kejutan listrik atau tidak. Jika alat AED menyebutkan bahwa penderita perlu diberi kejut listrik, pastikan bahwa sudah tidak ada penolong yang menyentuh tubuh penderita sama sekali, lalu tekan tombol “shock” di AED untuk memberikan kejutan listrik.
- Setelah memberikan kejut listrik, alat AED akan memberikan arahan kepada penolong untuk memeriksa pernapasan dan denyut nadi penderita. Jika belum kembali, AED akan meminta penolong untuk melanjutkan CPR. Setelah dua menit, AED akan kembali menganalisis denyut jantung penderita dan menentukan apakah dibutuhkan kejutan listrik lagi.
- Jika kejutan listrik tidak diperlukan tapi penderita belum menunjukkan tanda-tanda kesadaran, terus lakukan CPR sesuai arahan alat AED hingga bantuan medis tiba.
Penelitian menunjukkan bahwa tingkat kesalahan mesin AED dalam mendeteksi dan mengatasi henti jantung sangat kecil, yaitu hanya sekitar 4%. Sebagian besar kesalahan terjadi karena kelalaian orang yang menggunakan alat AED. Contohnya adalah jika pengguna AED tidak sengaja mengabaikan instruksi menekan tombol kejutan listrik, masih melakukan kompresi dada saat AED menganalisis denyut jantung, atau salah menekan tombol AED. Namun dengan mengetahui cara menggunakan alat AED dengan benar, kesalahan ini dapat dihindari. Saat ini, AED tetap merupakan langkah termudah untuk menyelamatkan nyawa orang yang mengalami henti jantung, sebelum bantuan medis tiba.
Dengan pertolongan yang sigap dan tepat, peluang hidup penderita henti jantung dapat meningkat dan kemungkinan bisa tertolong. Peluang untuk berhasilnya pertolongan ini akan semakin tinggi jika AED dan RJP dilakukan sesegera mungkin. Sebaliknya, semakin lama penderita dibiarkan tanpa pertolongan, maka semakin kecil peluangnya untuk bisa selamat dari kondisi berbahaya tersebut. Jika masih terdapat hal yang ingin ditanyakan seputar penggunaan alat AED, Anda bisa berkonsultasi dengan dokter.